Indonesia, Agama, Suku dan Cinta. By Mr.A
Indonesia merupakan sebuah negara bangsa yang besar, indah, kaya dan menjadi salah satu negara bangsa kepulauan terbesar di dunia yang sungguh mempesona. Indonesia yang diapit oleh samudra pasifik dan samudra hindia merupakan negara bangsa dengan kekayaan laut yang melimpah. Indonesia yang diapit oleh benua asia dan benua australia menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia dan merupakan jalur perdagangan strategis diseluruh dunia. Indonesia yang dikelilingi oleh pegunungan dan gunung berapi menjadikan semakin melimpah ruah kekayaan alamnya. Mineral, batu bara, tambang, uranium hingga emas, banyak ditemui di wilayah Indonesia. Tidak heran jika Indonesia menjadi rebutan negara-negara lain di dunia. Indonesia juga mempunyai posisi strategis dalam posisi geopolitik dunia.
Indonesia sejak dahulu kala merupakan negara bangsa yang besar, negara bangsa yang kuat, negara bangsa yang mandiri dan negara bangsa yang berpengaruh. Terbukti dengan banyaknya kerajaan-kerajaan besar yang menguasai sebagian besar benua asia. Sedangkan rempah adalah salah satu kenapa banyak negara yang berkunjung dan akhirnya menjajah Indonesia.
Seharusnya kita sebagai rakyat Indonesia patut bangga telah lahir dan besar di Indonesia. Negara bangsa yang aman, damai, dengan sejuta pesonanya. Namun sayangnya dewasa ini negara bangsa kita seperti kehilangan jati dirinya. Banyak sekali budaya asing yang akhirnya menggeser budaya asli Indonesia. Beberapa hari yang lalu saya sempat membaca sebuah berita yang intinya kurang lebih memberitahukan bahwa ada beberapa bahasa asli Indonesia yang telah punah alias sudah tidak lagi digunakan oleh masyarakat setempat. Salah satu bahasa daerah yang punah terletak di daerah Maluku [saya lupa nama daerahnya]. Itu baru bahasa daerah, bagaimana dengan yang lainnya? Adat istiadat, tarian tradisional, pakaian tradisional dan yang lainnya.
Banyak anak muda sebagai penerus negara bangsa yang seakan lupa dengan budayanya sendiri, identitasnya sendiri, bahasa daerahnya sendiri. Padahal mereka belum tahu betapa cantik dan gagahnya busana tradisional, menggodanya musik dangdut, indahnya alunan musik tradisional. Di Australia dan Belanda ada mata pelajaran khusus tentang Indonesia. Dimulai dari bahasa Indonesia, musik tradisional Indonesia, tarian tradisional Indonesia dan tentunya batik.
Bayangkan saja betapa hebatnya pengaruh negara bangsa ini di mata negara lain. Lantas kenapa sebagian besar dari kita malah bangga berbicara menggunakan bahasa Inggris, menggunakan fashion negara-negara kapitalis hingga kecanduan musik pop maupun k-pop. Identitas negara bangsa ini semakin menunjuk ke arah yang memperihatinkan. Disaat banyak orang dari negara lain yang dengan giat mempelajari budaya Indonesia, malah banyak diantara kita yang tengah acuh terhadap budaya sendiri.
Agama, bagi saya agama adalah sesuatu yang membatasi saya agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif. Agama mengajarkan saya untuk bisa menghargai orang lain, bahkan menghargai pemeluk agama lain. Agama mengajarkan saya untuk peduli kepada sesama manusia, membantu, menghargai, gotong royong, mengasihi. Tuhan melalui agama Islam telah banyak membantu saya dalam urusan dunia. Memberikan pengertian, kesejukan, dan selalu memotivasi saya dalam urusan dunia. Agama saya memberitahukan bahwa Tuhan sangat suka kepada orang yang optimis, yakin, man jadda wa’jadda dan nilai-nilai positif yang lainnya. Agama menerangkan jika Tuhan selalu menyuruh saya untuk berusaha sekuat tenaga agar apa yang saya inginkan tercapai. Tapi agama juga menerangkan kepada saya untuk tidak putus asa jika apa yang saya inginkan tidak tercapai, karena pastilah Tuhan akan memberikan apa yang saya butuhkan, bukan apa yang saya inginkan.
Di dalam agama saya mengajarkan nilai-nilai positif guna keselamatan saya di dunia dan di akhirat. Di dalam agama saya mengajarkan untuk toleransi dan mengasihi manusia. Namun dewasa ini justru ada saja oknum yang menyebarkan nilai negatif yang mengatasnamakan agama saya, agama kalian, agama semua orang. Banyak dari pemuka agama yang justru mengajak ke perpecahan bahkan banyak pemuka agama yang berbuat asusila. Semua agama akhirnya akan terdegradasi akibat prilaku menyimpang yang dilakukan oleh para pemuka agama. Pada kenyataannya, beberapa tahun terakhir dan mungkin tahun-tahun selanjutnya akan banyak dijumpai pemuka agama yang justru mengajarkan untuk saling memusuhi. Pemuka agama yang seharusnya bisa menjadi pembimbing umat manusia agar tidak salah arah, justru membuat banyak umat kehilangan arah yang akhirnya akan membawa mereka kepada ke-agnostik-an.
Namun saya tidak terlalu ambil pusing dengan ujaran kebencian yang dilancarkan oleh para pemuka agama bahkan oleh saudara seiman saya. Saya masih tetap berkawan dengan semua orang, tidak memandang apa agama mereka. Saya masih tetap ramah kepada semua orang, saya masih tetap melempar senyum kepada semua orang, saya masih tetap berbuat baik kepada semua orang, saya masih tetap mengasihi mereka dan membantu mereka. Karena itulah yang diajarkan oleh agama saya dan yang diperintahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga agama saya menyandang agama yang Rahmatan lil’ alamin.
Sebagai orang yang terlahir dan besar sebagai orang jawa, tentu saya tidak akan melupakan ajaran para leluhur saya. Dalam budaya jawa terdapat banyak sekali perintah yang bernilai positif dan juga larangan agar manusia senatiasa merasa rendah. Tanah jawa terkenal dengan keramahannya. Ya tentu saja! Itulah kenapa sampai saat ini saya masih ramah, bahkan ramah kepada musuh saya sekalipun. Becik kethitik ala ketara, sampai saat ini saya masih yakin jika sekecil apapun kesalahan, pasti saya bisa melihatnya. Alon-alon asal kelakon, itulah yang membuat saya sabar, yang membuat saya sadar akan pentingnya manusia agar tidak tergesa-gesa dalam mengambil tindakan.
Ada satu sudut pandang yang saya terima beberapa tahun yang lalu. Kenapa orang jawa selalu membawa dan menempatkan keris pada bagian belakang pakaian tradisionalnya? Orang jawa ketika berpakain tradisional terlihat rapi, sederhana, kalem dan terlihat begitu ramah. Itulah yang menjadikan orang jawa terlihat begitu ramah di mata orang lain. Namun ketika orang lain tersebut hendak berbuat yang merugikan orang jawa, mereka telah menyediakan keris sebagai alat untuk melindungi diri. Kurang lebih seperti itu yang saya ingat.
Namun dewasa ini justru banyak sekali anak-anak daerah yang merasa jagoan, merasa hebat dengan suku yang dibawanya sehingga menimbulkan konflik sara. Mereka membual merasa hebat dengan membawa daerahnya masing-masing dan menantang siapa saja yang berseberangan dengan mereka.
Namun lagi-lagi saya tidak ambil pusing dengan fenomena tersebut. Leluhur saya mengajarkan kepada saya untuk tetap ramah kepada orang lain, kepada orang asing. Membantu mereka, menolong mereka, mengasihi mereka. Itulah yang diajarkan oleh leluhur saya. Saya tidak keberatan jika harus selalu mengalah, karena mengalah adalah salah satu sifat yang terpuji. Bahkan leluhur saya mengajarkan untuk tetap sabar dalam menghadapi persoalan. Leluhur saya mengajarkan untuk tetap tenang dan menjauhi sesuatu yang bisa menimbulkan konflik.
Apapun agamamu, apapun sukumu, apapun bahasamu, hendaknya jangan menjadikan kamu sebagai orang yang merugikan orang lain. Kita hidup di Indonesia bersama orang lain, bahkan kita hidup di Indonesia berdampingan dengan makhluk jenis lain. Hendaknya kita bisa saling menghargai, menghormati, sehingga bisa tercapai kehidupan yang baik, aman, rukun, tentram dan damai. Marilah kita buang ego kita masing-masing. Marilah kita bangun negara bangsa ini bersama-sama layaknya para pahlawan yang bersatu guna memerdekakan negara bangsa ini.
Ketahuilah, bahwa masih banyak orang baik di Indonesia. Masih banyak orang waras di Indoesia. Apa yang terjadi akhir-akhir ini jangan dijadikan alasan untuk saling membenci. Saya memohon maaf atas kelakuan saudara seiman saya, saudara sedaerah saya yang pernah menyakiti kalian semua. Saya juga memohon maaf atas kelakuan saya yang terkadang menjengkelkan sehingga menimbulkan kontra dalam setiap esai yang saya buat. Namun ketahuilah bahwa apa yang saya tulis, apa yang memancing perdebatan, semua itu saya lakukan sebagai salah satu metode agar memudahkan saya dalam membuat esai. Agar saya tahu karakter mereka yang kontra dan sebisa mungkin membenarkan logika mereka yang telah rusak.