Jika masih ada yang ingat dengan salah satu esai saya yang membahas masalah filsafat, pasti akan ada yang ingat jika filsafat sangat dibenci, bahkan dihindari oleh mereka yang selalu mengkafirkan orang lain. Pengalaman tidak menyenangkan itu pernah saya dapatkan sendiri ketika saya tengah asik menelanjangi agama Islam, menyerang mereka yang selalu menebarkan keresahan. Mereka yang saya maksud adalah kaum wahaboy. Mereka selalu berkata back to sunnah, back to Quran. Pokoknya mereka selalu mengkaitkan apa yang mereka ‘tebarkan’ dengan seorang yang bernama Muhammad.
Awalnya saya enggan untuk membahas Muhammad, Nabi besarnya umat Islam, walaupun saya sudah membaca buku-buku yang membahas kejelakan Muhammad, kegenjilan dari seorang yang bernama Muhammad. Walaupun saya saat itu masih menganut agama Islam, tapi saya tidak keberatan dengan buku-buku yang menyudutkan Muhammad. Karena saya merasa jenuh, hanya sisi-sisi baik dari Muhammad saja yang selalu diperdengungkan. Sampai akhirnya saya menyadari setelah mencumbui buku-buku kiri, ayat-ayat Quran, bahwa Muhammad memang seorang pemikir, tapi anehnya kenapa wahaboy tidak membenci Muhammad? Karena wahaboy tidak mengenal Muhammad itu sendiri.
Saya bukan seorang yang ahli dalam agama, bahkan saya sangat pusing ketika disodori ayat-ayat untuk dipelajari. Saya juga bukan seorang ahli filsafat, karena seperti yang pernah saya jelaskan dalam esai yang berjudul “Bercumbu Dengan Buku”, bahwa saya tipe orang yang mencerna segala ilmu secara random, otodidak. Jika otak saya sanggup untuk mencerna sebuah ilmu, ya saya pelajari. Tetapi jika tidak, maka saya skip.
Bagi saya Muhammad bukan seorang Nabi, tapi seorang pemikir. Kesimpulan saya terhadap Muhammad ketika dosen filsafat Islam menerangkan hal-hal yang berkaitan seputar riba, bunga, syariat Islam, komunis, Sosialis, Kapitalis, Liberalis. Saat itu sedang dibahas masalah riba, bunga, jual-beli, hak. Dosen saya itu menyuruh mahasiswanya untuk membuka dan memahami ayat-ayat yang ada di Quran. Kemudian beliau menjelaskan bahwa Muhammad tidak setuju dengan perbuatan bla bla bla, lalu Muhammad berkata seharusnya bla bla bla. Pokok bahasan itu semuanya menyeret ayat-ayat yang ada di Quran, sehingga dalam benak saya berfikir “Muhammad Sang Pemikir”, bukan seorang Nabi.
Muhammad menjelaskan, menyuruh kepada semua umatnya untuk berbuat adil, berbagi, berbuat kebaikan, dan menghindari keburukan. Karena menurut Muhammad, hal-hal tadi tidak sesuai dengan logika. Misalnya masalah jual-beli hingga investasi. Semua kegiatan itu mengandung riba, bahkan secara bahasa, riba dan bunga itu sama, haram. Tapi tahukah kalian bahwa dalam surah Al Baqarah ayat 275 dan 279, Allah tidak mengharamkan transaksi jual beli yang mengandung kelebihan nominal. Ini sangat jelas bertentangan dengan wahaboy, jika Quran berkata demikian, lalu yang mereka [wahaboy] maksud dengan back to Quran, Quran yang mana? Ini jelas sebuah kecacatan yang nyata, yang diderita oleh mereka yang jarang baca buku, kata dosen saya.
Lalu kemudian secara terang-terangan saya berkata bahwa saya pernah beberapa kali mendebat akun instagram @xbanx.indonesia dan sama sekali tidak ada tanggapan dari adminnya. Saya berkata bahwa uang yang mereka anggap riba, yang tercampur ke dalam APBN yang nantinya akan dialokasikan ke pos-pos yang ada di APBN, yang kemudian akan dimanfaatkan untuk fasilitas publik, tidaklah haram seperti anggapan kaum wahaboy. Karena apa? Ulama di Arab Saudi bahkan dengan terang-terangan menyuruh nasabah di Bank Swiss untuk mengambil bunga yang diterima untuk kemudian dimanfaatkan untuk fasilitas publik. Sebagai catatat, bahwa bunga triliunan rupiah tiap bulannya yang tidak diambil oleh konglomerat-konglomerat Arab Saudi, dimanfaatkan oleh manajemen Bank Swiss untuk aksi kemanusiaan. Apakah aksi kemanusiaan itu haram karena memakai bunga bank? Pasti kaum wahaboy akan beralibi dan tidak mengharamkan aksi sosial itu.
Masalah yang ada di bumi ini, terutama yang menyangkut ekonomi, sudah dijelaskan oleh Muhammad melalui Quran. Pemikiran-pemikiran dari Muhammad dituangkan ke dalam Quran. Apakah agama dan Quran itu diturunkan oleh Tuhan? Tidak. Agama dan Quran murni buatan Muhammad Sang Pemikir.
Pada esai selanjutnya akan saya telanjangi agama saya terdahulu, Islam. Kita buktikan, apakah benar agama dan kitab sucinya turun dari langit?