Manusia dan Persepktif

[Manusia dan Perspektif. By Mr.A]

Apakah manusia itu baik? Apa yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain? Lalu, pandangan seperti apakah yang dilihat oleh makhluk lain kepada manusia? Saya akan coba untuk membahasnya melalui esai sederhana ini.

Apakah manusia itu baik? Manusia bisa bernilai baik dan buruk, tapi tidak ada seorangpun yang sepenuhnya baik atau sepenuhnya buruk. Sedangkan baik dan buruk merupakan “perspektif”. Apa yang menurutmu baik, belum tentu menurut orang lain juga baik. Apa yang menurutmu buruk, belum tentu buruk di mata orang lain. Saya beri satu contoh: katakanlah si A setiap hari memberikan uang kepada salah satu fakir miskin atau katakanlah “sebatang kara”. Si A melakukan itu atas dasar kemanusiaan, sehingga apa yang diperbuatnya menurutnya adalah perbuatan yang baik.

Tapi si B memandang apa yang dilakukan oleh si A adalah sesuatu yang buruk. Si B mempunyai pandangan: bagaimana bisa si A setiap hari memberikan uang ke fakir miskin tersebut? Perbuatan si A dinilai akan membuat si fakir miskin akan terus menggantungkan hidupnya pada belas kasihan orang lain. Si B berpandangan bahwa si fakir akan menjadi orang yang malas untuk mencari uang demi kebutuhan hidupnya.

Dari kasus satu yang saya sajikan di atas, saya ingin mengajak para pembaca agar lebih bijak dalam menilai sesuatu. Hendaknya kita melihat dari berbagai sudut pandang agar dapat menghasilkan “pengambilan keputusan” yang baik. Terlebih jika melihat panasnya suasana politik saat ini. Kita sebagai manusia yang diberikan akal, hendaknya agar lebih bijak, arif, jangan sampai kita menghujat hanya karena berbeda pandangan. Justru dengan berbeda pandangan, kita dapat melihat sudut pandang lain dan hal tersebut harusnya bisa membuat kita semua lebih terbuka dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.

Apa yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain? Semua orang menjawab bahwa yang membedakannya ialah akal. Tapi nyatanya setiap makhluk mempunyai akalnya masing-masing. Manusia bisa membuat gedung bertingkat, bangunan mewah, dll. Apakah hewan juga bisa membuat gedung bertingkat, dll jika hewan juga mempunyai akal? Jawabannya: buat apa?. Buat apa hewan membuat gedung bertingkat? Hewan membuat “rumahnya” sendiri sesuai kebutuhannya, itu sudah lebih dari cukup. Saya pernah membaca argumen dari orang lain ketika saya mengangkat tema ini. Dia berkata bahawa manusia bisa membuat gedung, menguasai sanis dan teknologi, dll. Sedangkan hewan tidaklah bisa. Kembali ke jawaban saya tadi, buat apa? Buat apa hewan mengikuti manusia? Toh hewan dan manusia merupakan jenis yang berbeda.

Kucing ketika buang air besar, selalu menutupi kotorannya dengan tanah. Semut membuat sarang anti.banjir, burung membuat sangkar di mana saja, dll. Itu merupakan bukti bahwa hewan juga mempunyai akal. Tergantung kapasitas, tujuan dan kuantitasnya untuk apa. Contoh kasus dua yang saya sajikan menunjukan bahwa setiap makhluk hidup mempunyai akalnya masing-masing dan kita tidak perlu merasa gengsi ketika perilaku manusia terkadang lebih rendah ketimbang hewan. Nyatanya manusia diberikan akal oleh Tuhan tapi digunakan untuk memusuhi manusia yang lain, membunuh manusia yang lain. Faktanya perang membuahkan korban jiwa, senjata digunakan untuk membunuh manusia, teknologi diciptakan untuk membunuh manusia. Lalu untuk apa Tuhan memberikan akal kepada manusia jika akal tersebut digunakan untuk membunuh sesama makhluk ciptaanNYA.

Pandangan seperti apa yang dilihat oleh makhluk lain terhadap manusia? Manusia memandang makhluk lain dengan pandangan “aneh” dan mungkin “sangat rendah” ketimbang manusia itu sendiri. Tapi faktanya perspektif “aneh” juga akan timbul dikalangan hewan. Bisa saja hewan menganggap manusia adalah makhluk yang aneh, lemah dan tidak lebih baik daripada hewan. Alien juga bisa berpendapat demikian, bahwa manusia merupakan makhluk yang aneh karena berbeda dengan mereka [alien]. Perspektif demikian bisa terjadi. Bayangkan saja jika antara manusia-hewan-alien sanggup untuk mengobrol atau katakanlah mempunyai bahasa yang sama. Pasti semua itu akan menimbulkan cekcok, hinaan, bahkan saling bunuh karena dianggap saling merendahkan. Saya berfikir kenapa kita tidak bisa berbicara dengan hewan maupun alien, adalah dikarenakan untuk menjaga eksistensi “kedamaian” semua makhluk.

Contoh kasus tiga yang saya sajikan lagi-lagi merupakan sebuah persepktif. Di mana kita harus mempunyai pikiran yang luas dan lugas agar kita bisa menjadi manusia yang sesungguhnya.

Manusia berkoloni dengan manusia, hewan berkoloni dengan hewan, alien berkoloni dengan alien bahkan mungkin saja robot akan berkoloni dengan robot jika para robot bisa memberontak terhadap manusia yang telah menciptakan para robot.

Dalam esai yang saya buat dengan sesederhana mungkin ini, bertujuan agar kita semua mempunyai pemikiran yang luas, tidak gampang mencaci dan tentunya agar keharmonisan sesama penghuni bumi dan alam semesta tetap terjaga yang diharapkan mampu membawa kedamaian di mana pun makhluk tersebut berada.

Leave a comment