Bijak-isme

Bijak-isme. By Mr.A

Masih tentang sosial media dan proxy war yang sedang memanas dikalangan masyarakat Indonesia. Berbagai konten yang berbau negatif juga ikut meramaikan jagad media sosial. Tidak tanggung-tanggung, cyber troops khusus dikerahkan guna menggiring opini publik. Konten yang dihasilkan pun beragam. Mulai dari berita hoax, hatespeech hingga berbagai artikel yang menjerumuskan. Cyber troops khusus ini bertugas membuat sebuah konten di mana akan mereka sebarkan melalui berbagai grup. Entah grup whatsapp, telegram, line maupun bbm. Biasanya cyber troops khusus ini mempunyai jabatan atau berada pada hirarki garis atas. Entah itu ketua, wakil ketua, ketua divisi atau bahkan yang ditugaskan sebagai penulis. Hasil dari tulisan mereka atau konten yang mereka hasilkan, nantinya akan mereka sebar ke grup mereka. Nah, para anggotanya secara tidak sadar akan membagikan konten tersebut karena dinilai “logis” bagi mereka dan sangat menguntungkan mereka guna mempengaruhi opini publik.

Secara cepat konten tersebut akan segera menyebar ke berbagai lini media sosial. Bahkan terkadang mereka sengaja mengambil sebuah video atau gambar yang kemudian akan mereka isi sendiri kontennya sesuai keinginan dan misi mereka.

Tentu kita semua sudah gerah dengan konten yang bermuatan negatif yang menyebar ke media sosial. Agama dan poilitik masih manjadi sasaran dominan guna menggiring opini publik. Kubu A melancarkan serangan ke kubu B, begitu pula sebaliknya. Sedangkan kubu C hingga Z akan terus bergerak agar tujuan mereka terlaksana. Kubu C hingga Z merasa beruntung karena propaganda yang mereka lancarkan tidak terdeteksi akibat memanasnya proxy war antara kubu A dan B. Ini yang harus kita sadari.

Banyak aktor dengan berbagai kepentingannya guna menguasai opini publik dan menguasai pemerintahan Indonesia. Namun kita sebagai netizen kadangkala tidak menyadari akan bahaya tersebut. Kita tengah sibuk dengan ujaran kebencian, sara dan politik. Padahal di luar itu, masih banyak bahaya yang mengancam kedaulatan negara kita. Sebut saja ISIS, DI/TII, Wahaboy. Mereka dengan nyaman menyebarkan propaganda. Perhatian netizen berfokus pada masalah politik. Saling adu argumen, saling serang, dlsb.

Musuh mereka bukan saja mereka yang berasal dari partai ini itu, bla bla bla. Musuh mereka atau bahkan musuh kita, juga berasal dari negara lain. Misalnya Amerika, Arab Saudi, Turki yang bermaksud memecah bangsa ini menjadi beberapa bagian yang kemudian akan mereka kuasi. Ada juga China yang sedang menginvansi bangsa ini dalam bidang ekonomi.

Disaat kita tengah sibuk dengan cekcok yang terjadi. Mereka membuat kebijakan, mengambil keputusan yang merugikan kita dan mungkin akan berdampak yang lebih parah. Beberapa RUU KUHP, Dwi Fungsi TNI, plt dari pejabat polri yang masih aktif dan beberapa keputusan kontroversial yang lainnya. Belum lagi masalah Freeport dan sumber daya alam bangsa ini yang terus aja dikuras hingga menyebabkan pencemaran limbah, menyebabkan ketegangan antara aparat dan sipil, dlsb.

Masih banyak yang perlu kita perhatikan, yang menyangkut keadaan maupun kondisi bangsa ini. Kita harus bijak dalam mencerna konten yang ada di media sosial maupun media massa yang lain. Kita perlu melihat dari berbagai sisi. Benar atau tidak berita ini, berita itu. Lalu kita harus runut ke belakang. Siapa yang menjadi penyebab atas suatu kasus. Walaupun kita orang awam, tapi kita harus bisa menganalisa sebuah kasus yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Kita harus sudah bisa menganalisa, memilah, menentukan bahkan membenarkan argumen yang salah sehingga kesalahan argumen tersebut tidak semakin meluas.

Saat ini sudah tersedia akses internet. Dengan mudah kita bisa mencari berita, jurnal maupun file yang kita butuhkan sebagai bahan untuk menganalisa. Kita juga tidak boleh menutup logika kita dengan sebuah artikel atau berita atau file yang berbenturan dengan sudut pandang kita. Harusnya kita bersyukur karena ada sudut pandang lain yang kita terima sehingga bisa menghasilkan suatu keputusan yang bijak.

Namun sayangnya masih banyak diantara kita yang enggan untuk membaca, berfikir dan melihat sudut pandang yang lain. Sebagian besar dari kit tetap kekeuh mempertahankan argumennya, bahkan dengan cara menghujat pun akan mereka lakukan agar mereka bisa menang dalam adu argumen.

Sejatinya suatu diskusi tidak akan terpaku pada menang atau kalah. Suatu diskusi bertujuan agar ada hasil akhir yang diharapkan mampu untuk memperbaiki kesalahan yang ada. Sebuah diskusi diharapkan bisa memperluas suatu sudut pandang sehingga akan tercipta sebuah arah yang sama, sebuah perspektif yang sama. Beda halnya dengan berdebat guna mencapai menang atau kalah. Debat yang menghasilkan menang dan kalah adalah sebuah kompetisi di mana para debater menyiapkan segala bahan yang dibutuhkan guna membungkam pihak lawan. Sedangkan kita? Sertifikat atau piagam tidak dapat, piala tidak dapat, uang juga tidak dapat. Lalu apa yang diharapkan dengan debat yang kita lakukan jika tidak menghasilkan apapun yang berupa materi.

Tidak ada gunanya kita bertahan dengan ego masing-masing. Yang kita butuhkan adalah kesatuan, satu tujuan, satu pemikiran, satu gerakan yang akan membawa perubahan, yang akan membawa bangsa ini ke puncak kejayaan.

Leave a comment