Sosialisme dan Pembebasan

Sosialisme dan sebuah jalan pembebasan. By Mr.A

Bumi ini tercipta untuk semua makhluk yang ada di dalamnya. Bumi ini tercipta untuk kelangsungan semua makhluk hidup yang ada di dalamnya, tanpa terkecuali. Sejak dahulu kala manusia hidup di bumi dengan apa adanya, berbagi dan saling melengkapi. Lambat laun manusia saling membunuh demi menguasai wilayah yang lain, demi memperluas wilayah kekuasaannya. Tidak peduli berapa banyak nyawa yang hilang akibat perebutan wilayah kekuasaan, tidak peduli apa saja kehancuran yang tercipta guna memperluas wilayahnya.

Invansi demi invansi, pertempuran demi pertempuran akan dilakukan guna menguasai wilayah yang lain, demi mengambil keuntugan. Itulah yang dinamakan dengan liberalis maupun kapitalis.

Pasar bebas, hukum penawaran dan permintaan, modal sedikit namun untung banyak dan segala jenis hukum ekonomi sengaja mereka ciptakan agar manusia tidak bisa lepas dari para kapitalis. Mereka mencetak agen-agen melalui jalur pendidikan yang diharapkan dapat melanggengkan perbudakan. Sejak awal peradaban manusia, mereka bisa hidup dengan berdampingan, saling berbagi. Namun lambat laun sesama manusia saling membunuh hanya untuk sebuah kekuasaan. Suku A menguasai suku B, suku A menguasai suku C, suku D mengusai suku suku A beserta B dan C, dan seterusnya. Mereka menguasai suatu wilayah, membangun ini, itu, bla bla bla yang katanya demi ‘modernitas’. Mereka menyingkirkan manusia yang lemah, merampas tanahnya dan menjadikannya budak. Apakah itu yang dinamakan dengan manusia? Memperbudak manusia yang lainnya?. Bahkan banyak diantara kita yang memuji kapitalis, membela kapitalis. Padahal mereka tetap saja budak, mereka tetap saja sebagai jongos kapitalis. Hidup mereka berkutat “dari kapitalis dan untuk kapitalis”.

Mereka bekerja kepada kapitalis, menghasilkan uang, menggunakan uang tersebut untuk membeli atau mengangsur produk dari kapitalis. “dari kapitalis, untuk kapitalis”. Sedangkan mereka mencaci dan memandang sebelah mata sosialis. Katanya sosialis merupakan sistem yang gagal, katanya sosialis akan melahirkan kediktatoran, katanya sosialis akan membawa kemunduran. Jelas sudah bahwa semua itu hanya omong kosong yang diciptakan oleh para kapitalis agar mereka tetap berjaya. Termasuk berjaya dalam memperbudak.

Sosialis merupakan sistem ekonomi di mana kepemilikan diatur oleh negara. Siapa yang berkata bahwa sosialis akan berakhir pada kediktatoran? Bahkan bapak sosialis Karl Marx yang pernah berifikiran bahwa sosialisme akan berakhir dengan diktator proletariat, dibantah oleh filsuf lain. Itulah kenapa ada yang disebut “sosialis utopis”. Di mana ada Bung Karno dengan Nasakom-nya, Kim Il Sung dengan Juiche-nya, Hugo Chavez dengan Revolusi Sosial-nya, Fidel Castro dengan Republik Sosialis-nya.

Namun sayangnya negara kita gagal sejahtera karena Bung Karno berhasil dikudeta oleh sayap militer pimpinan Soeharto. Bahkan sampai saat ini saya masih yakin dengan Nasakom yang akan membawa negara ini kepada kemakmuran seperti halnya Cuba dan Venezuela di bawah kepemimpinan Hugo Chavez maupun Fidel Castro.

Mereka yang berkata bahwa sosialis merupakan sistem yang gagal adalah mereka yang tidak sanggup untuk jadi miskin, kehilangan budak dan kehilangan kekayaan karena apa yang mereka miliki akan diambil alih oleh negara. Bayangkan saja jika sumber daya alam dikuasi oleh negara, perusahaan asing dinasionalisasikan. Pasti masyarakat kita akan sejahtera, tidak ada lagi ketimpangan sosial. Lalu ketika pemimpin yang membawa negara ini kepada kemakmuran telah tutup usia, siapakah yang akan menggantikannya? Apakah dari kalangan keluarganya? Jika iya, itu sama saja dengan era orde baru di mana banyak kolega Soeharto yang berada di pemerintahan dan tentunya bisa memonopoli kekayaan negara. Tentu saja tidak! Coba saja lihat Cuba setelah wafatnya Fidel Castro yang digantikan oleh Raul Castro, adiknya sendiri. Apakah Cuba masih tetap dengan sosialisnya? Tidak! Justru di bawah kepemimpinan Raul, Cuba menjadi negara yang terbuka bagi kapitalis.

Bung Karno telah mempersiapkan calon penerusnya ketika Bung Karno tutup usia kelak. Yaitu antara Jenderal Ahmad Yani atau D.N Aidit. Bung Karno tidak memilih anaknya sebagai penerus, karena Bung Karno paham, anak-anaknya belum cukup berkompeten dan berpeluang untuk disusupkan paham kapitalis.

Sosialis yang akan berakhir dengan kediktatoran hanya bualan belaka. Pemimpin sosialis tentu akan memilih calon pengganti sesuai dengan paham yang ia anut sehingga bisa meneruskan warisannya dan wasiatnya untuk mensejahterakan rakyat.

Andai saja waktu itu Bung Karno tidak dikudeta oleh Soeharto, pastilah negara ini akan makmur, disegani oleh negara lain, harga diri bangsa masih tetap kinclong tidak ternoda.

Sosialisme merupakan sebuah jalan untuk menumpas perbudakan, untuk menghentikan langkah para pemilik modal. Sosialisme merupakan jalan yang diinginkan dan dipilih oleh Bung Karno melalui Nasakom-nya di mana Bung Karno menginginkan kaum Marhaean bisa hidup sejahtera tanpa perlu cemas tanahnya akan diambil, rumahnya akan digusur bahkan nyawanya akan hilang.

Sosialisme merupakan sebuah jalan menuju pembebasan, di mana tidak ada lagi budak, orang yang dirugikan, tanah yang dirampas. Dengan sosialisme semua elemen masyarakat bisa saling berbaur tanpa ada rasa canggung karena jabatan, bisa saling membantu dan berbagi tanpa ada batasan dan tentunya berbagi “rasa” dan membagi “rata” atas apa yang telah dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Leave a comment